Membedah Harga Wajar Saham ADHI KARYA (ADHI): Potensi di Balik Tantangan Raksasa Konstruksi

ADHI KARYA (ADHI), nama yang tak asing lagi di telinga kita, khususnya bagi mereka yang mengikuti perkembangan infrastruktur Indonesia. Sebagai salah satu BUMN Karya terkemuka, ADHI adalah salah satu tulang punggung proyek-proyek strategis nasional, termasuk ambisi besar pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Namun, sebagai investor, pertanyaan krusial yang selalu muncul adalah: berapa sih harga wajar saham ADHI ini sebenarnya?

Untuk itu mari kita kupas tuntas valuasi ADHI, bukan hanya berdasarkan "kata orang" atau konsensus pasar, tapi melalui pendekatan yang lebih fundamental.


Sekilas Kinerja ADHI di Awal 2025: Ada Apa Gerangan?

Sebelum melangkah jauh ke angka harga wajar, penting bagi kita untuk melihat kinerja terkini ADHI. Laporan keuangan kuartal pertama (Q1) 2025 menunjukkan beberapa sinyal yang patut dicermati:

  • Pendapatan: Turun cukup signifikan, sekitar 36,1% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 1,68 triliun.
  • Laba Bersih: Ini yang paling mengejutkan, laba bersih ADHI anjlok drastis hingga 96,94% YoY, hanya tersisa Rp 316,59 juta. Akibatnya, Laba per Saham (EPS) Q1 2025 hanya Rp 0,04.
  • Perolehan Kontrak Baru: Hingga Mei 2025, ADHI baru membukukan Rp 2,6 triliun, anjlok 72% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Padahal, target kontrak baru untuk 2025 adalah Rp 27-28 triliun.

Penurunan drastis di awal tahun ini tentu menjadi warning sign. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti siklus pembayaran proyek yang panjang, keterlambatan tender, atau transisi proyek-proyek besar.


Mengukur Harga Wajar ADHI: Pendekatan Analis

Untuk menentukan harga wajar perusahaan konstruksi seperti ADHI, pendekatan Price-to-Book Value (PBV) seringkali menjadi pilihan yang relevan. Mengapa? Karena perusahaan konstruksi memiliki banyak aset fisik (tanah, bangunan, peralatan) yang tercatat dalam nilai buku.

Mari kita gunakan data terbaru:

  • Nilai Buku per Saham (BVPS) ADHI per Q1 2025 adalah sekitar Rp 1.152,38. Angka ini didapatkan dari total ekuitas perusahaan dibagi dengan jumlah saham yang beredar.

Nah, tantangannya adalah menentukan berapa kelipatan (rasio) PBV yang wajar. Mengingat bahwa BUMN Karya secara umum masih menghadapi tantangan restrukturisasi utang dan margin yang ketat, serta kinerja Q1 2025 ADHI yang lemah, kita perlu bersikap konservatif.

Saya akan mengambil rentang target PBV antara 0,30x hingga 0,35x dari nilai buku per saham. Ini adalah rentang yang realistis mengingat kondisi terkini dan sentimen terhadap sektor ini.

Perhitungan Harga Wajar ADHI (Estimasi Analis):

  • Harga Wajar Minimum (PBV 0,30x): Rp 1.152,38 (BVPS) x 0,30 = Rp 345,7

  • Harga Wajar Maksimum (PBV 0,35x): Rp 1.152,38 (BVPS) x 0,35 = Rp 403,3

Berdasarkan analisis fundamental konservatif ini, estimasi harga wajar saham ADHI KARYA berada di kisaran Rp 345 - Rp 405 per saham.


Jadi, Potensi atau Perangkap?

Dengan harga saham ADHI yang saat ini bergerak di sekitar Rp 250-an (per pertengahan Juni 2025), estimasi harga wajar ini menunjukkan adanya potensi kenaikan (upside) yang cukup menarik, sekitar 38% hingga 62% dari harga saat ini.

Namun, penting untuk digarisbawahi:

  • Potensi IKN: Keterlibatan signifikan ADHI dalam proyek IKN adalah pendorong utama harapan. Jika IKN terus berjalan sesuai rencana dan pembayaran proyek lancar, ini akan menjadi katalis positif.
  • Tantangan Utama: Laba yang anjlok di Q1 2025 dan perolehan kontrak baru yang lambat adalah sinyal bahwa perusahaan menghadapi tekanan operasional yang serius. Selain itu, beban utang yang masih tinggi juga tetap menjadi perhatian.
  • Katalis Perbaikan: Harga wajar ini bisa tercapai jika ADHI berhasil:
    • Mempercepat perolehan kontrak baru di sisa tahun 2025.
    • Meningkatkan efisiensi operasional dan profitabilitas.
    • Melakukan restrukturisasi utang yang efektif.
    • Arus kas operasional membaik secara signifikan.

Sebagai investor, Anda perlu mencermati laporan keuangan berikutnya, terutama di kuartal-kuartal selanjutnya, untuk melihat apakah ada perbaikan kinerja yang konsisten. Investasi di sektor konstruksi, khususnya BUMN Karya, memang membutuhkan kesabaran dan pemahaman mendalam terhadap dinamika proyek-proyek besar dan kebijakan pemerintah.


Disclaimer: Artikel ini adalah analisis dan estimasi pribadi seorang analis berdasarkan data yang tersedia. Keputusan investasi harus selalu didasari oleh riset mendalam Anda sendiri (due diligence), tujuan keuangan, dan profil risiko. Selalu konsultasikan dengan penasihat keuangan profesional sebelum membuat keputusan investasi.

Comments

Popular Posts